Daftar Isi Anda dan keluarga sedang mengunjungi Surabaya. Di tengah perjalanan, Anda menemukan pedagang yang menjual rujak cingur yang mana itu adalah salah satu makanan khas Surabaya. Anda pun tertarik untuk mencobanya dan tiba-tiba terlintas dipikiran untuk sekaligus menegatahui sejarah rujak cingur. Anda mungkin berpikir jika makanan ini adalah hasil kreativitas orang-orang Surabaya saja. Padahal makanan ini punya sejarah yang cukup panjang dan tidak terduga-duga. Ketika Anda membacanya, Anda akan terkejut dengan sejarah dari rujak cingur itu. Anda tidak menyangka bahwa makanan ini sudah ada berabad-abad tahun yang lalu. Berikut ini penjelasannya uamh harus Anda simak secara seksama. Sejarah rujak cingur diawali dengan dugaan yang dilontarkan oleh Pengamat kuliner yang bernama Ary Budiyanto. Pengamat itu mengatakan bahwa rujak cingur kemungkinan hasil persilangan atau hibrid dari rujak buah dan ’djanganan’. Menurutnya, 'Djanganan’ adalah resep makanan peninggalan zaman kolonial. Ia mengutip dari buku Kokki Bitja, atau, Kitab Masak-Masakan (H)India, Jang Baharoe dan Samporna yang diteritkan oleh Cornell University tahun 1864. Di buku itu tertulis bahwa ’djanganan’ adalah masakan yang terdiri dari kacang panjang, tauge, kol, daun kacang, mentimun, kangkung, dan buncis. Campuran itu kemudian disiram dengan bumbu cabe, gula merah, terasi, kemiri bakar, asam dan petis. Aneka campuran dari ’djanganan’ itu sendiri adalah resep kolonial Kokki Bitta yang legendaris. Namun yang membedakannya yaitu ’djanganan’ tidak menggunakan cingur atau hidung sapi dan kacang tanah. Selain itu, sejarah rujak cingur pun dikaitkan dengan mitos yang sudah ada ribuan tahun yang lalu. Konon katanya sejarah rujak cingur berkaitan dengan sejarah Mesir. Hingga akhirnya mitor sejarah rujak cingur berkaitan dengan Raja Firaun Hanyokrowati. Firaun Hanyokrowati tengah berulang tahun. Layaknya sebuah pesta, sang raja meminta seluruh juru masak istana untuk menghidangkan makanan istimewa untuk dirinya. Sayangnya seluruh makanan dari koki istana tidak ada yang sesuai dengan selera lidahnya. Dikarenakan tidak ada makanan yang sesuai keinginannya, akhirnya utusan raja atau Punggawa membawa seseorang yang mampu menyajikan makanan yang enak untuk raja, yaitu bernama Abdul Rojak. Saat itu Abdul Rojak membawa masakan ciptaannya dengan bungkusan daun pisang. Saat sampai ke kerajaan makanan tersebut melalui pengecekan keamanan istana dan dinyatakan layak untuk disajikan ke raja.
Saat mencicipinya, raja pun langsung jatuh cinta dengan rasa masakan yang dia buat. Saking enaknya, keringat Raja Firaun Hanyokrowati sampai bercucuran karena sensasi pedas yang diberikan pada makanan tersebut. Sebagai tanda terima kasih, Abdul Rojak mendapatkan hadiah berupa kapal laut, sebidang tanah, hingga diangkat menjadi juru masak istana. Akan tetapi hadiah-hadiah tersebut idak semuanya diambil oleh Abdul Rojak. Dia hanya mengambil kapal laut untuk melakukan pengembara hingga sampai ke Tanjung Perak, Surabaya. Saat sampai ke surabaya, Abdul rojak menjualkan kreasi masakan terebut dan tersebarlah ke seluruh surabaya. Tidak ada sumber yang pasti mengenai penyabaran rujak cingur di Surabaya. Namun Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya bernama Ary Budiyanto berpendapat bahwa rujak cingur mulai populer di Surabaya paka tahun 1970-an.
"Sopo ngerti nasib Awak lagi mujur. Kenal anake sing dodol rujak cingur." sehingga lirik tersebut mengistyarakatkan bahwa rujak cingur sudah mulai eksis saat lagu tersebut sudah mulai eksis di tahun 1970-an. Sejalan dengan sejarah rujak cingur, bungkusnya pun mengalami peruabahan. Dahulu rujak cingur menggunakan bungkus dari daun pisang . Daun pisang yang digunakan digunakan sebanyak dua lapis (dalam dan luar). Pelapisan ini bertujuan agar rujak cingur tidak rembes atau bocor hal itu karena tektur rujaak cingur teksturnya sedikit basah. Kini pedagang rujak cingur menggunakan kertas nasi untuk membungkus rujak cingur. Permukaannya yang lebar cocok untuk memasukan semua isian rujak cingur yang banyak dan dijamin anti rembes. Para pedagang pasti berhati-hati memilih merek kertas nasi untuk bungkus rujak cingur. Ia ingin pembelinya tidak merasa kecewa karena rujak cingur buatannya tidak dapat dinikmati karena kertas nasi tersebut tidak kuat menampung rujak cingur Anda. Oleh karena itu bacaan ini juga akan membahas tentang merek kertas nasi yang digunakan. Kertas nasi bungkus rujak cingur harus kuat menahan rujak cingur di dalamnya. Merek ekrtas nasi itu adalah Laminated Wrapping Kraft (LWK) Cap Gajah. Bekat laminasi plastik membuatnya kuat dan anti rembes. Kertas nasi LWK Cap Gajah juga cocok untuk membungkus makanan apapun. Dengan demikian Adna pun wajib untuk memilikinya . Milikilah LWK Cap Gajah di sini:Sejarah Rujak Cingur yang Panjang dan Tidak Terduga
Kertas Nasi bungkus Rujak Cingur yang Berkualitas
Referensi:
Rate this article :
PT Suparma, Tbk is a leading paper manufacturer company which focused in providing reliable and high quality paper.
© 2024 PT Suparma, Tbk. All Rights Reserved. | Privacy Policy | Site Map | Disclaimer