Daftar Isi Menghabiskan libur akhir tahun dengan cara yang unik dan bermakna tentu menjadi pilihan menarik untuk keluarga. Salah satu tradisi yang patut Anda kunjungi adalah Rabo-Rabo Kampung Tugu di Jakarta. Tradisi ini menggabungkan nuansa budaya, musik klasik, dan hangatnya kebersamaan sehingga menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi Anda dan keluarga. Tapi melestarikan tradisi seperti Rabo-Rabo Kampung Tugu bukan hanya menjadi tugas warga Jakarta saja, tetapi kita semua sebagai tanggung jawab kita semua. Dengan menjaga keberadaannya, kita turut mewariskan warisan budaya ini kepada anak cucu kita, agar mereka tetap mengenal akar tradisi yang penuh nilai kebersamaan. Sebelum berangkat ke Jakarta, jangan lupa membawa tisu kecil berdaya serap tinggi yang praktis untuk berbagai keperluan agar dapat merayakan warisan budaya Rabo-Rabo tanpa gangguan kenyamanan. Temukanlah rekomendasi tisu terbaik yang akan menemani perjalanan Anda dalam artikel ini! Rabo-rabo adalah tradisi khas dari Kampung Tugu dengan mengunjungi rumah warga sambil menyanyikan lagu-lagu Natal. Rabo-rabo Kampung Tugu ini dijadikan sebagai momen silaturahmi yang mirip dengan halal bihalal pada Hari Raya Idul Fitri bagi Umat Muslim. Kata "rabo-rabo" sendiri berasal dari Bahasa Portugal yang artinya berarti “mengekor”. Kemudian dikreasikan oleh Warga Jakarta dengan mengulang kata, sehingga “rabo” menjadi “rabo-rabo”. Tradisi Rabo-rabo tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga diwarnai dengan kebiasaan unik, seperti saling mencium pipi kanan dan kiri. Kebiasaan ini diadopsi dari budaya Eropa, dan terkadang diiringi dengan tradisi minum bir. Sebelum memulai Rabo-rabo, warga biasanya melaksanakan ibadah Natal di gereja dan berziarah ke makam-makam di sekitar gereja. Sejarah Rabo-rabo Kampung Tugu berakar dari kedatangan bangsa Portugis di Tanah Betawi. Setelah sempat menjadi tawanan perang oleh pemerintah Belanda, mereka menetap di Kampung Tugu. Dalam buku Krontjong Toegoe (2011) karya Van Ganap, disebutkan bahwa para tawanan akhirnya dibebaskan dengan syarat memeluk agama Protestan atas desakan Gereja Portugis di Batavia. Kelompok itu awalnya disebut “mardijkers”, kemudian dikenal sebagai “De Mardijkers”. Mereka bertahan hidup dengan bercocok tanam, bekerja, dan berakulturasi dengan penduduk lokal. Tradisi ini biasanya dimulai dengan kunjungan ke gereja-gereja terdekat di Kampung Tugu. Setelah itu, rombongan akan mengunjungi rumah-rumah warga satu per satu sambil bernyanyi dan menari diiringi musik tradisional Keroncong Tugu. Saat berkunjung, mereka saling memberi salam dan meminta maaf. Uniknya, setiap anggota keluarga yang rumahnya dikunjungi akan bergabung dalam rombongan kemudian menciptakan barisan yang semakin panjang hingga mencapai rumah terakhir. Sepanjang perjalanan, suasana ceria tercipta dengan nyanyian dan tarian bersama. Tradisi ini berlangsung dari Natal hingga Tahun Baru. Warga tidak hanya menyemarakkan suasana dengan Keroncong Tugu, tetapi juga mengarak rombongan melalui jalan-jalan dan rumah-rumah. Ketua Ikatan Keluarga Besar Tugu (IKBT) mengatur rute kunjungan dari rumah ke rumah. Setiap tiba di rumah penduduk, mereka saling berciuman pipi, bernyanyi, dan berjoget bersama. Puncak perayaan Natal di Kampung Tugu adalah tradisi Mandi-mandi. Dalam tradisi ini, warga berkumpul dan saling mencoret wajah satu sama lain dengan bedak putih. Coretan saat perayaan Mandi-mandi melambangkan simbol penebusan dosa dan permintaan maaf. Tradisi ini menjadi cara warga untuk membersihkan kesalahan di tahun lalu dan menyambut tahun baru dengan hati yang bersih. Tradisi Mandi-mandi selalu digelar setiap tanggal 1 Januari setiap tahunnya. Biasanya perayaan ini bertepatan dengan misa tahun baru yang diadakan oleh Gereja Tugu. Istilah "mandi-mandi" berasal dari bahasa Melayu "mandi," yang berarti membersihkan diri. Namun, dalam konteks perayaan ini, "mandi" bukan sebatas membersihkan tubuh dengan air, melainkan simbolis melalui prosesi mencorengkan bedak putih ke wajah. Bedak putih ini melambangkan kesucian dan kebersihan hati. Tradisi mencorengkan bedak ini dimulai oleh para tetua, lalu dilanjutkan oleh seluruh peserta yang hadir, diiringi dengan alunan musik keroncong yang khas. Tujuan tradisi Mandi-mandi adalah untuk mempererat tali silaturahmi di antara anggota komunitas Tugu yang tersebar di berbagai wilayah. Dalam momen ini, mereka saling bertemu untuk meminta maaf dan memaafkan atas kesalahan yang terjadi selama setahun terakhir. Uniknya, Pesta Mandi-mandi ini tidak hanya terbuka untuk komunitas Tugu saja. Masyarakat umum juga diizinkan untuk menyaksikannya, terutama mereka yang tertarik dengan budaya Orang Tugu. Komunitas keturunan Portugis ini dikenal sebagai bagian dari masyarakat Betawi dengan ciri khas budaya yang unik. Liburan ke Kota Tua Jakarta merupakan momen yang dinantikan semua orang untuk melepas penat dan menikmati waktu bersama keluarga. Agar liburan semakin menyenangkan, persiapan yang matang sangatlah penting. Salah satu hal yang seringkali terlewatkan namun sangat berguna adalah tisu kecil untuk liburan. Ya, tisu menjadi benda wajib yang harus dibawa dalam setiap perjalanan. Bayangkan saja jika tiba-tiba hidung Anda tersumbat atau anak kecil Anda tumpahkan minumannya, tentu tisu akan sangat membantu dalam mengatasi situasi tersebut. Di antara berbagai jenis tisu, Tissue Handkerchief atau tisu kantong menjadi pilihan yang praktis dan efisien. Ukurannya yang praktis membuatnya mudah dibawa kemana saja, baik di dalam tas maupun saku. Namun, tidak semua tisu kantong memiliki kualitas yang sama. Baca Juga: Tissue Plenty yang dibawa Liburan Agar mendapatkan hasil maksimal, pilihlah tisu kecil untuk liburan atau tisu kantong dengan ketebalan 3 ply. Tisu dengan ketebalan 3 ply memiliki daya serap yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tisu 2 ply, sehingga sangat efektif dalam menyerap berbagai jenis cairan. Selain itu, pastikan tisu kantong yang Anda pilih terbuat dari bahan baku yang premium dan ramah lingkungan, seperti Tissue Handkerchief Plenty. Dengan kualitasnya yang unggul, Tissue Handkerchief Plenty akan memberikan kenyamanan dan kebersihan bagi Anda sekeluarga selama liburan. Sebagai ibu rumah tangga, menjaga kenyamanan keluarga tentu menjadi prioritas utama. Salah satu cara sederhana namun efektif adalah dengan memilih produk berkualitas, seperti Tissue Plenty. Dikenal dengan ketebalannya, Tissue Plenty memberikan kenyamanan ekstra saat digunakan. Selain itu, sebagai produk unggulan dari PT Suparma Tbk, Tissue Plenty berkomitmen terhadap kelestarian hutan dunia dengan menggunakan bahan baku yang bertanggung jawab. Sertifikasi kelas dunia yang dimiliki produk ini membuktikan bahwa dengan memilih Tissue Plenty, kita turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian hutan dunia. Jadi, menjadikan Tissue Plenty sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari adalah langkah kecil yang berarti untuk masa depan yang lebih baik. Referensi: https://www.liputan6.com/citizen6/read/2398851/rabo-rabo-tradisi-natal-unik-khas-warga-tugu https://www.senibudayabetawi.com/7909/tradisi-mandi-mandi-di-kampung-tugu.htmlTentang Rabo-rabo Kampung Tugu
Tradisi Setelah Rabo-rabo Kampung Tugu
Tisu Kecil untuk Liburan
Tissue Plenty Temani Aktivitas Harian
Rate this article :
PT Suparma, Tbk is a leading paper manufacturer company which focused in providing reliable and high quality paper.
© 2025 PT Suparma, Tbk. All Rights Reserved. | Privacy Policy | Site Map | Disclaimer